INFORMASI UMUM BEKICOT
( Achatina fulica)
1.
Sejarah
Bekicot
merupakan salah satu hewan dengan kelimpahan spesies yang cukup besar. Hewan
ini merupakan salah satu siput darat yang memiliki cangkang. Di Indonesia
dikenal dua macam jenis bekicot yaitu Achatina fulicadan Achatina
variegata. Menurut Mead (1961) dan Purchon (1968),A.fulica yang
semula berasal dari Afrika Timur telah masuk di Indonesia lewat Kalimantan
sejak tahun 1939. Sedangkan untuk jenis A. variegata masuk ke
Indonesia bersama-sama dengan masuknya tentara Jepang (Amiruddin Aidin Beng,
dkk., 1982).
Cara
membedakan dua macam bekicot tersebut yakni pada A.fulicamemiliki
cangkang berwarna cokelat dengan garis-garis tidak jelas dan bentuk cangkangnya
lebih langsing. Pada A.variegata memiliki cangkang dengan warna
lebih cerah (lebih muda) dengan garis cokelat kemerahan lebih jelas dan bentuk
cangkangnya lebih gemuk. Dalam hal penyebaran, A.fulica lebih
luas daripada A.variegata.
2.
Morfologi
Bekicot
tercakup di dalam sub clasiss pulmonata dari clasiss gastropoda yang merupakan
kelompok mollusca yang sangat besar. Siput darat berbeda dengan gastropoda
lainnya, pertama, dalam hal pernapasan, ia sudah tidak memiliki ctenidia, yaitu
semacam insang dan fungsinya telah diganti oleh bagian pillium yang tipis dan
kaya dengan pembuluh pembuluh kapiler-kapiler darah, kedua mengenai system
nervosium, ganglia yang utama terkumpul membentuk bangunan serupa cincin
mengelilingi esgophagus, tanpa jaringan pengikat di dalamnya. Bentuk cangkang
siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde.
Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut
disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung kecil-kecil di
atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar terdapat
umbilicus, yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan
dalam. Apabila umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate.
Bekicot
termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat
lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan
semata-mata ditentukan oleh factor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh
factor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di waktu siang setelah hujan, banyak
ditemukan bekicot berkeliaran dimana-mana.
Bekicot
termasuk golongan mollusca karena memiliki badan lunak dan coelom tanpa segmen.
Badan ditutup oleh cangkang, panjang sekitar 90 mm. ciri-ciri umumnya yakni
memiliki sel-sel kemoreseptor yang terletak pada ujung tentakel okuler dan juga
memiliki reseptor cahaya berupa ocelli. Menurut hasil penelitian Issogianti
dengan menggunakan SEM, tentakel okuler bekicot mempunyai susunan serupa dengan
tentakel Helix pomatia maupun Helix aspersa.
Bekicot
dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang
lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya,
oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa bekicot sebagai hewan yang rakus, cepat berkembang biak, dan
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Bekicot memiliki toleransi yang
luas terhadap berbagai macam makanan. Bahkan dikatakan bahwa bekicot tahan
terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot tidak tahan terhadap sinar
matahari langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah
tropis basah. Suhu minimal letal adalah 45 ˚F atau 7,22 ˚C dan bekicot senang
di daerah yang mempunyai pH antara 7-8. Selain itu, di lingkungan yang berkapur
mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya populasi bekicot.
3. Makanan Bekicot
Mead (1961)
telah menginventarisasi macam-macam tumbuhan termasuk tanaman budidaya yang
menjadi makanan bagi bekicot. Bagian tumbuhan yang diserang bekicot
berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda,
sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan
tersebut. Macam-macam tumbuhan yang telah diinventarisasi antara lain papaya (Carica
papaya), ketimun (Cucumis sativus), kol (Brassica sp),
ketela rambat (Ipomoea batatas), balaran (Ipomoea pescapre) dan
sebagainya.
4. Biologi Reproduksi Bekicot
Menurut
Purchon (1968) susunan alat reproduksi bekicot lebih sederhana dibandingkan
dengan susunan alat reproduksi Helix pomatia. Susunan alat
reproduksi bekicot dewasa menurut Berry dan Chan seperti gambar 2. Sedangkan
menurut Ghose (1963) seperti gambar 3. Saluran ovotestis terdiri dari 3 bagian
yaitu saluran ovotestis apical, vesikula ovisperm, dan ovotestis basal.
Vesikula ovisperm berfungsi untuk tempat penimbunan sperma. Sepanjang
spermoviduk, saluran sperma dipisahkan secara tidak sempurna dengan uterus.
Uterus dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian apical dan bagian basal. Pada
dindingnya terdapt banyak lipatan yang mengandung banyak kelenjar calcic dan
mukosa. Kelenjar lainnya adalah kelenjar albumen yang membesar pada saat musim
birahi. Dalam kelenjar tersebut dijumpai glikogen dan galaktogen. Saluran
albumen meninggalkan kelenjar albumen yang bermuara di Carrefour di bagian
basal saluran ovotestis. Albumen berfungsi sebagai pelumas saat pelepasan telur
dan sebagai pembungkus telur yang dapat menjaga kelembaban telur selama
pengeraman karena mampu menyerap air dari sekitarnya. Vagina dan penis
bersama-sama bertemu di atrium genital dan bermuara ke luar pada aperture
genital.
Menurut
Berry dan Chan (1968) di dalam kantong telur terdapat banyak telur yang telah
bercangkang. Banyaknya telur yang bercangkang dalam kantong telur menunjukkan
hubungan dengan besarnya kelenjar albumen. Artinya bila kelenjar albumen besar
amak di dalam kantong telur dijumpai banyak telur bercangkang sebaliknya bila
kelenjar albumen kecil telur bercangkang dalam kantong telur sedikit.
Bekicot
bersifat hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara
simultan. Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya oogenesis
(protandri)
Menurut Meer
Mohr (1949), umur dewasa kelamin bekicot dicapai setelah cangkang mencapai
ukuran 60 mm. Pada ukuran tersebut bekicot telah melakukan perkawinan.
Pematangan seksual sepenuhnya dicapai pada saat ukuran cangkang mencapai 80 mm.
Menurut Misbet (1974), ukuran telur bekicot rata-rata memiliki panjang 6,3 mm
dan lebar 5,6 mm. menurut Lambert (1974) telur bekicot berdiameter antara 4,5
mm-5,5 mm. jumlah telur bekicot menurut Meer Mohr (1949) berkisar antara 82-315
butir. Jumlah telur yang dilepaskan bekicot sangat tergantung pada daerah
tempat hidup.
Menurut
Berry dan Chan fungsi reproduksi bekicot dikontrol oleh sel-sel neurosekretorik
yang berasal dari otak dan dari tentakel okuler. Pemotongan tentakel okuler
bekicot berakibat meningkatkan oogenesis. Ini artinya terjadi kontrol bersama
antara fungsi hormone tentakuler (menekan oogenesis) dan system neurohormonal dari
otak (memacu oogenesis). Menurut Meer Mohr (1949) bekicot melakukan perkawinan
di waktu awal pagi hari. Lama kawin dinyatakan antara 1,5-2 jam. Periode
gestasi antara 14,16, 18 hari, ada pula yang menyatakan paling pendek 20 hari
dan dapat mecapai 341 hari (Lambert,1974;Raut dan Ghise,1982).
Bekicot
bereaksi negatif terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dengan melakukan
fase dorman atau estivasi. Oleh karena itu dalam sejarah hidupnya bekicot
dikenal sebagai temporary period of generalized reproductive inactivity (Mead,
1961).
5.
Reproduksi Bekicot dan Lingkungannya
Fungsi gonad
bekicot disamping dikontrol oleh otak dan tentakel okuler melalui mekanisme
neurosekretorik juga dikontrol oleh keadaan lingkungannya. Faktor luar tersebut
terutama adalah curah hujan. Bahkan menurut Bruggen (1969), faktor curah hujan
dinyatakan sebagai faktor pembatas kehidupan reproduksi bekicot. Pada musim
hujan, gametogenesis khususnya oogenesis meningkat. Pada musim kemarau
sebaliknya, bahkan dapat mencapai titik nol. Selain itu, faktor intensitas
sinar matahari dan panjang hari dapat mengontrol fungsi gonad hewan
hermaphrodit ambiseksual.
DAFTAR PUSTAKA
Djohar. 1986. Reproduksi Bekicot (Achatina fulica) dan Beberapa
Faktor yang Mempengaruhinya. Bogor : Institut
Pertanian Bogor
Sumber http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2011/01/mengenal-bekicot-acatina-fulica.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar