JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH
EKOLOGI HEWAN
Mata Kuliah
|
EKOLOGI HEWAN
|
FOTO
|
Dosen Pembina
|
||
Program Studi
|
FKIP
|
|
Nama Mahasiswa dan NIM/Kelas
|
KHAIRUL UMAM/201110070311042/
BIOLOGI IVa
|
LOGO UMM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2013
PETUNJUK PENGERJAAN TAKE HOME
1.
Untuk memahami soal-soal take home
ini, sebaiknya Anda berdiskusi dengan teman. Lalu kemudian, silahkan jawab
sesuai dengan literatur yang Anda miliki dan sesuai dengan pemahaman
masing-masing. Jawaban yang menurut dosen pembimbing memiliki tingkat kesamaan
tinggi/mencurigakan maka tidak akan diproses!
2.
Setiap jawaban sebaiknya juga
dilengkapi dengan literatur. Jadi, jawab dulu sesuai dengan pemahaman Anda dan
dukung dengan literatur! Tuliskan literatur yang anda gunakan pada bagian
akhir. Jawaban yg bersumber dari buku dan jurnal ilmiah maka akan ada nilai
tambah.
3.
Perhatikan teknik penulisan, banyak
sedikitnya salah ketik dan kebakuan kalimat juga menjadi penilaian!
4.
Jawaban ini juga harus di-upload di
blog masing-masing. Jika Anda bisa me-linkan jawaban dengan literatur maka ada
nilai tambah.
SOAL
1.
Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan poikilotermik sangat berguna aplikasinya
dalam pengendalian hama pertanian, khususnya
dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh
ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di
Probolinggo Tahun 2010.
Suatu
pertumbuhan pada seluruh mahluk hidup sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor waktu dan suhu
lingkungan. Dimana kedua faktor ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
suatu organisme. Apabila dikaitkan
dengan hewan poikiloterm, yang mana hewan ini adalah hewan yang suhu tubuhnya dapat berfluktuasi
mengikuti fluktuasi suhu lingkungannya. Sehingga tak heran jika hewan ini tidak
akan berkembang dengan baik apabila waktu suhu dan lingkungan dalam habitat
yang di tempati tidak mendukung dan sesuai dengan suhu tubuh dari hewan
poikiloterm tersebut.sehingga bila mana
suhu dibawah batas minimum atau pun maksimum meski dalam waktu yang
cukup lama maka otomatis hewan poikiloterm tidak dapat melangsungkan kehidupan
dengan baik. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan
kesinambungan antara laju perkembangan suatu mahluk terutama pada hewan
poikiloterm dengan suhu lingkungan.
Dari penjabaran
yang telah di paparkan sebelumnya, sehingga pemahaman terhadap konsep waktu-suhu pada pengendalian
hama sangat diperlukan terutama bagi para petani guna mengetahui jenis suatu
serangga atau hama yang akan menyebabkan kerugian bagi lawan pertanian. Selain
itu dengan pemahaman konsep waktu-suhu maka kita akan dapat memprediksi jenis
serangga yang akan menyerang sehingga sudah ada persiapan sebelumnya dalam
membasmi hama atau serangga yang akan menyerang.
Pada
penyerangan ulat bulu di Probolingko tahun kemarin jika dikaitkan dengan konsep
waktu-suhu yang telah di ulas sebelumnya, bisa jadi cuaca pada lingkungan
tersebut tidak stabil sehingga menyebabkan waktu-suhu daerah sekitar tidak
konstan atau meningkat dari suhu normal. Dan akhirnya perkembangan suatu
individu semakin cepat, yang mana pada saat tersebut suhu lingkungan di atas
suhu ambang untuk pertumbuhan ulat bulu. Selama suhu lingkungan di atas suhu
ambang dan tidak melampaui batas dari suhu minimum. Maka pertumbuhan ulat bulu
tidak dapat terkontrol lagi.
Hal ini sesuai
dengan makalah yang saya dapat dengan judul “APLIKASI KONSEP WAKTU – SUHU PADA
HEWAN POIKILOTERM DALAM PENGENDALIAN HAMA PERTANIAN”. Suhu lingkungan
menentukan suhu tubuh bagi hewan poikiloterm atau yang sering disebut hewan
berdarah dingin. Dan yang lebih pentingnya lagi suhu menjadi faktor pembatas
bagi makhluk hidup terutama hewan poikiloterm.
Suhu tubuh menentukan kerja enzim-enzim yang diperlukan oleh tubuh
makhluk hidup yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh. Dari
sudut pandang ekologi, suhu lingkungan sangat penting terutama bagi hewan
poikiloterm untuk aktivitas dan pengaruh terhadap laju perkembangannya. Dalam
suatu kisaran suhu tertentu, antara laju perkembangan dengan suhu lingkungan
terdapat hubungan linier. Hewan poikiloterm lama waktu perkembangan akan berbeda
pada suhu lingkungan yang berbeda. Jadi setiap lama waktu perkembangan selalu
disertai dengan kisaran suhu proses berlangsungnya perkembangan tersebut. Pada
hewan poikiloterm, waktu merupakan fungsi dari suhu lingkungan, maka kombinasi
waktu-suhu yang sering dinamakan waktu fisiologis itu mempunyai arti penting.
2.
Jelaskan pemanfaatan
konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan
kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
Konsep kelimpahan disina ialah konsep yang
mana menggambarkan keanekaragaman jenis hewan pada suatu ekosisitem yang
semakin kecil. Sebagai contoh ialah kanguru yang hanya dominan di benua aurtralia. Sehingga tingkat kelimpahan suatua
kanguru semakin kecil. perlu adanya penangan khusus dalam menanggapi konsep
kelimpahan pada apilikasi penerapan hewan langkah agar tidak menjadi punah
dalam suatu ekosistem.
Konsep intensitas disini adalah konsep dimana
keadaan tingkat atau kekuatan dalam menghadapi suatau keadaan . Bila mana
dikaitakan dengan hewan langkah. Suatu contoh adaalah kanguru maka dimana Tingkat
intensitasnya sangatlah rendah dalam beradaptasi dengan alam. Dengan rendahnya
tingkat intensitas suatu hewan membuat membuat relung kehidupan akan semakin
sempit, andaikan ini terjadi maka hewan langkah pun akan menjadi punah
Prevalensi adalah insidensi atau insidens baru
dalam suatu tingkat populasi yang mana akan menyebabkan suatu problem terhadap
kelangsungan hidup bagi suatu organisme. Suatu penyakit dapat juga disebut
sebagai prevalensi dimana dalam konteks ini penyakit dapat membuat kelangsungan
hidup suatu organisme menjadi tidak stabil. Sehingga bila mana prevalensi tidak
dapat diatasi maka kelangkahan suatu organisme akan semakin meninggkat dan
lama-kelamaan akan menyebabkan suatu kepunhana.
Dispersi disini
ialah fenomena dalam populasi dalam suatu ekosistem yang mempengaruhi adanya suatu
kerenggangan antara individu satu dengan yang lainnya. Sehingga menyebabkan tidak adanya suatu interaksi dalam
kelangsungan hidup suatu organisme. Bila mana ini terus dibiarkan begitu saja
maka suatu mahluk hidup akan mengalamii yang namanya kelangkahan dan jika
problem tersebut terjadi secara berkontinyu maka kepunahan akan segera
menghampiri.
Konsep fekunditas berbanding lurus
terhadap suatu kelangkaan mahluk hidup dimana fekunditas itu sendiri mencakup
pada laju reproduksi dalam menghasilkan
keturunan dalam mempertahankan suatu kelangsungan hidup organisme. Mulai dari
jumlah keturunan yang dihasilkan hingga lama proses yang dibutuhkan. Organisme
yang hanya dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah sangant sedikit dan
membutuhkan waktu yang cukup lama, maka mahluk hidup tersebut dikawatirkan akan
mengalami suatu kelangkaan. Disamping itu fakunditas disini selain di tinjau
dari genetik faktor lingkungan dimana mahluk hidup berada juga sangat
berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dalam menghasilkan keturunan.
Fekunditas secara umum berarti kemampuan untuk bereproduksi. Dalam biologi, fekunditas adalah laju reproduksi aktual suatu organisme atau populasi yang diukur berdasarkan jumlah gamet, biji, ataupun propagula aseksual. Dalam bidang demografi[1][2], fekunditas adalah kapasitas reproduksi potensial suatu individu ataupun populasi. Fekunditas berada di bawah kontrol genetikmaupun lingkungan dan merupakan ukuran utama kebugaran
biologi suatu spesies.
Kelulushidupan sangat berperan
dalam kelangsungan hidup suatu mahluk hidup. Karena kita mengetahui bahwa dalam
suatu ekosisitem pasti akan terjadi yang namanya seleksi alam. Dimana dalam
konteks ini hewan yang dapat bertahan dan menjalani suatu seleksi tersebut maka
ia dapat melangsungkan kelangsungan hidupnya.
Apabila hewan tersebut tidak dapat bertahan dalam seleksi alam maka
suatu kelangkaan yang akan menghampiri hewan tersebut. bila mana ini terus
terjadi maka kepunahan yang adang menghampirinya. Seperti contoh adlah
dinasaurus yang telah punah akibat dari tidak dapatnya bertahan dalam menjalani
seleksi alam.
3.
Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme
dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!
Dalam suatu ekosistem pasti akan adanya suatu
interaksi baik dari sesama spesies atau dari spesies lain. Adanya interaksi ini
akan menyebabkan suatu ketergantungan atau kebutuhan antar sesamanya, hal ini
yang biasa kita kenal dengan sebutan simbiosis mutualisme dimana adanya
interaksi dari kedua mahluk hidup akan menghasilkan keuntungan bagi keduanya. Walaupun
demikian tidak selamanya suatu intetaksi akan menghasilkan keuntungan bagi
kedunya. Ada juga yang tidak menguntungkan bagi keduanya atau berpihak sebelah
atau yang biasa kita kenal dengan sebutan simbiosis parasitisme. Yang mana
interaksi ini akan menyebabkan kerugian bagi salah satu organisme lain.
Pada simbiosis parasitisme atau parasit ialah
suatu organisme yang bersifat parasit menempel pada organisme yang lain yang
kita dalam bahasa biologi yaitu hospes. Dimana interaksi ini akan menyebabkan
kerugian bagi hospes dimana organisme yang bersifat parasit ini akan mengambil
sebagian kebutuhan hidup mulai dari makanan hingga energi dari hospes, sehingga
hospes akan mengalami kematian secara perlahan-lahan. Contoh : pada pengendalian hama ulat api pada kelapa
sawit dengan menggunakan virus β Nadaurelia MNPV, dimana jenis virus ini sangat
efektif membasmi hama pada fase ulat. Virus ini akan menempel pada tubuh inang ulat
api untuk menjadi parasit dan mengambil seluruh energi dan makanan dalam tubuh
ulat api. Secara tidak langsung ulat api akan mengalami kematian.
Dalam sebuah buku yang berjudul : “Biologi
interaktif kelas X.” Simbiosis parasitisme merupakan suatu bentuk hubungan
antara dua mahluk hidup, mahluk hidup pertama mendapat keuntungan dan mahluk
hidup yang lain mendapat kerugian.
( http://books.google.co.id/books?id=YeYAR_CL8aYC&pg=PA166&dq=parasitisme&hl=en&sa=X&ei=Y6RwUZmxI4S4rAehlYCYAg&redir_esc=y#v=onepage&q=parasitisme&f=false)
( http://books.google.co.id/books?id=YeYAR_CL8aYC&pg=PA166&dq=parasitisme&hl=en&sa=X&ei=Y6RwUZmxI4S4rAehlYCYAg&redir_esc=y#v=onepage&q=parasitisme&f=false)
Berbeda halnya dengan parasitodisme. Dimana
simbiosis ini juga mengalami adanya kerugian bagi salah satu pihak dari adanya
interaksi suatu mahluk hidup. Hanya saja yang membedakan adalah konteks dari
parasit tersebut, dimana parasitodisme disini ialah khusus buat kelompok
insecta atau yang kita kenal dengan serangga pada perilaku perkembangbiakannya.
Kita tau bahwa serangga dalam perkembangbiakannya mempunyai fase lebih dari
satu atau sering kita sebut dengan metamorfosis baik sempurna atau pun tidak
sempurna. Contoh : pengguanaan telur tawon pada ulat yang menyerang lawan
pertanian, dimana telur tawon tersebut akan menetas menjadi larva pada tubuh
ulat penyerang lahan pertanian. Dimana larva tersebut secara perlahan-lahan
akan mengambil cairan metabolisme pada ulat. Sehingga ulat tersebut
lama-kelamaan akan mengalami yang namanya suatu kematian.
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat
hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya
membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid
mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan
parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan
pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa
mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh,
normalnya sebelum melahirkan keturunan.( http://w.htysite.com/hama%20musuh%20alami%2002.html)
4.
Nilai sikap dan karakter apa yang harus
ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan?
Berikan contoh riilnya!
Pemahaman nilai sikap dan karakter sangat
diperlukan dalam pembelajaran konsep-konsep dalam ekologi yang harus
ditumbuhkan adalah adanya rasa kepudulian, menjaga dan ingin tau pada suatu
ekosistem hewan. Baik dalam bentuk abiiotik ataupun abiotik. Dalam hal ini ada
tiga konteks teori n etika lingkunga yang harus di tumbuhkan diantaranya yaitu
: antroposentrisme,
biosentrisme, dan ekosentrisme.
Antroposentrisme adalah etika
lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Dimana
rasa kepedulian sangat diperlukan di alam semesta tersebut. karena yang menjadi
penguasa dalam alam ialah manusia sendiri. Sebagai mana diketahui bahwa dalam
diri manusia ada sosok sebagai pelindung, pemakai atau pun perusak. Sehingga
pembentukan rasa sebagai pelindung sangat diperlukan dalam melestarikan ekologi
hewan tersebut. biosentrisme di sini ialah etika dimana suatu kehidupan
mempunyai makna dan peran dalam menunjang kehidupan lain. Dengan kata lain
sebelum bertindak semena-mena pada suatu ekosistem hewan kita akan mempunyai
pemikiran dimana pada suatu mahluk hidup mempunyai peran bagi mahluk hidup
lain. Pandangan ekosentrisme ini memahami bahwa secara ekologis makhluk
hidup dan lingkungan abiotiknya saling terkait, tidak terpisah, sehingga
kewajiban dan tanggung jawab moral manusia tidak hanya dibatasi pada makhluk
hidup, melainkan juga berlaku kepada anggota atau realita ekologi.( http://www.contohmakalah.net/pdf/pembelajaran-ekologi)
Kepedulian terhadap hewan langkah dengan cara
menjaga dan melestarikan hewan tersebut agar tidak punah sangatlah penting.
Salah satu caranya adalah melindungi hewan langkah yang ada di hutan dari para
pemburu liar. Dimana pemburu ini akan mengancam kelangsungan hidup dari hewan
tersebut. dengan cara menjaga dan melestarikan hewan langkah kita sudah menerapkan etika biosentrisme dalam kajian ekologi hewan
langkah. etika dimana suatu kehidupan mempunyai makna dan peran dalam menunjang
kehidupan lain.
5.
Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring
kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik
pemanfaatannya!
Pada cacing tanah merupakan hewan yang yang termasuk
dalam phylum annelida dimana cacing ini dapat menunjukan tanah yang subur. cacing dapat menurunkan ph tanah, cacing
tanah juga dapat memakan tanah dalam waktu 24jam melebihi dari berat badan sang
cacing. Cacing tanah
dapat hidup baik pada tingkat keasaman yang tinggi ataupun dengan kadar kelembapan yang rendah, dan suhu 15—31oC. Cacing tanah berfungsi menyebarkan kembali
zat-zat organik dalam tanah dengan cara mengonsumsi, memecahnya, dan
mengeluarkannya kembali.
Dalam kotoran cacing masih banyak
mikroba-mikroba yang dikularkan oleh cacing. . Dimaa mikroba tersebut akan
merubah kotoran cacing tanah menjadi humus yang kaya zat hara yang bisa diserap
akar tanaman.dalam proses penguraian di dalam tanah Hasilnya berupa kotoran
tanah yang mengandung banyak nitrogen. Dimana nitrogen tersebut lah yang
membuat tanah di sekitar tempat tinggal cacing tanah sangat cocok untuk semua
jenis tanaman. Tak heran jika cacing tanah dikategorikan sebagai hewan
indikator terhadap lahan yang subur.
Selain itu kini kotoran yang banyak mengandung
nitrogen juga dapat dikembangkan menjadi pupuk. Karena kandungan yang cocok
untuk semua jenis tumbuhan. Dimana kandungan pupuk cacing ini tidak kalah
dengan pupuk kimia.( http://iswaraorchid.wordpress.com/2008/11/06/cacing-tanah-indikator-kesuburan-tanah/
6.
Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas
konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang
relungnya. (dalam satu kelas, hewan yang dikaji tidak boleh sama)!
Pengetahuan tentang relung mempunyai manfaat yang sangat
besar tertama dalam melakukan aktivitas konservasi. Dimana relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif
yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk,
tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di
dalam kondisi lingkungan yang berbeda (Odum, 1993).
Dengan
pengetahuan relung yang telah diketahui, kita dapat mengenal lebih dalam kajian
relung yang akan kita pelajari. Ibarat sebuah pepatah “tak kenal maka tak
sayang”. Maka dengan sebuah perkenalan yang lebih mendalam kita akan lebih tau
kajian-kajian dari hewan yang kita ketahui sebelum melakukan konservasi, yang
mana kajian aspek yang diketahui diantaranya ialah mencakup ruang fisik yang diduduki
organisme , peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi
trofik) serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan
lain dari keberadaannya itu.
Salah
satu contoh hewan langkah ialah kanguru yang mana hewan ini merupakan hewan
asli dari benua australia meskipun di indonesia terdapat pula walau hanya
berada di bagian timur yaitu papua. Hewan ini mempunyai habitat di daerah
tropis.kehidupan kenguru berkelompok. Yang paling mendasar dalam hewan ini
ialah adanya kantung yang terdapat di bagian depan . kantung tersebut berguna
sebagai tempat penyimpan dan pelindung bagi anak-anak mereka.dalam
melangsungkan kehidupannya kanguru termasuk hewan yang herbivora yang mana
adalah hewan yang torgolong dalam pemakan tumbuhan. Selain itu keunikan dari
hewan ini dalam bergerak dia melakukan dengan cara melompat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar